Rabu, 11 Februari 2015

HAI

Hingga pesan seperti inipun selalu dapat melingkarkan senyum dalam wajahku. “Selamat malam, selamat tidur, dan selamat beristirahat” begitu pesan yang lekat dalam ingatanku. Selalu kurindu ketika malam hening menyapu segala rutinitasku yang kian melelahkan disatu semester terakhir, buku buku berserakan dan tugas tugas menumpukpun jadi santapan malamku.

“Semangat pagi” pesan yang membuatku selalu lebih bersemangat menyambut hari. Seperti biasanya aku selalu berdiri menanti angkutan umum bersama sahabatku bernama Indah teman semejaku, teman ceritaku, dan “ahh”, masih banyak hal lainnya yang selalu kulakukan dengannya dan soal kedekatanku denganmu mungkin dialah yang lebih mengerti.

Sesampainnya disekolah, aku menaruh tasku di kursi masih ada senggang waktu sebelum bel berbunyi, aku keluar menghirup udara pagi yang mungkin sedikit bisa dibilang lebih asri, karna sekolah kita terletak didalam perkampungan dengan sedikitnya pepohonan dan ilalang berbaris rapi.

Aku berdiri di balkon kelas, 5 menit kemudian kamu melintas dengan teman – temanmu yang lain menggunakan sepeda motormu. Kamu memarkirkan motormu di gedung samping sekolah dan beranjak menaiki anak tangga menuju kelas. Aku masih dengan posisi yang sama sambil bercengkrama dengan temanku yang lain, namun fikiranku mulai beralih pada kedatanganmu namun aku hanya diam membisu tanpa menatapmu. Aku hanya memandang punggungmu dari belakang saat kamu berjalan lebih jauh menuju ruang kelasmu.

Aku dan kamu berbeda kelas dan jurusan, aku dengan jurusan broadcasting dan kamu dengan teknik komputer jaringan, bukan hal yang terlalu aneh kalau kita tak pernah mengenal sebelumnnya.“Kringgg” bel berbunyi, waktunya begulat dengan berbagai materi juga rumus rumus trigonometri.

Pelajaran pertama adalah matematika, Pak Irwan memasuki ruang kelas lalu membagi kami menjadi 5 kelompok, aku yang tak terlalu mahir dalam pelajaran inipun ditunjuk Pak Irwan untuk membantu temanku yang lain mengerjakan soal dalam diskusi kelompok. Yang ditunjuk sebagai ketua dalam kelompokku adalah Tria, karena memang dialah yang paling mahir disini. Aku dan kelompokku berdiskusi memecehkan puluhan soal yang nantinya akan dijabarkan bersama.

Dua puluh soal dapat diatasi, entah bagaimana hasilnya beserta penjabarannya. Seluruh jawaban yang telah dipecahkan kelompok disalin dan dikumpulkan di Pak Irwan untuk diperiksa.Sebelumnnya masing - masing kelompok diutus perwakilan dua orang untuk masing masing menuliskan di papan dua nomor jawaban dari kedua puluh soal tersebut untuk nantinya dibahas secara menyeluruh.

Dua jam pelajaran matematika selesai, dengan hasil kelompokku yang bisa dikategorikan cukup memuaskan. “Kringg” bel kedua berbunyi tanda jam istirahat tiba. Aku dan temanku yang lainnya bergegas menuju kantin. “Makan disini aja yuk”, seru salah seorang temanku, kita pun makan bersama.

Selintas terlintas kamu singgah di warung sebelah, mataku tak salah melihat, entah apa yang kamu lakukan kamu bercengkrama dengan temanmu yang lainnya disana. Mataku tak tinggal diam, ia bergerak bebas, sedikit lirikan kurasa tak cukup sekali kulontarkan. Setelah semuanya selesai aku dan lainnya beranjak meninggalkan.Dan kurasa kamu pun pasti tau dan melihat keberadaanku.

Sepulang sekolah, seperti biasa aku dengan indah pulang bersama, saat sedang bercengkrama kulihat dari balik kaca belakang mobil, sepeda motor yang kukenali sang tuannya. Dan ternyata kamulah dibalik jaket dengan kupluk yang menyelimuti tubuh dan kepalamu. Hanya saling tatapan tak berarahlah yang kurasa kala itu.

Jarum jam menunjukan pukul 2 siang hari, aku meraih tas ranselku membuka kembali mata pelajaran tadi, mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan Pak Irwan dan Bu Endang. “Drrtt..Drrtt” ponselku bergetar dan satu pesan masuk.“Hoyy” membuat wajah seriusku tertawa kecil menatap pesan. “Hoy juga” pesan balasan kukirim.

“Lagi apa?”“Lagi kerjain PR, lo sendiri?”“asik, rajin bener, gua lagi duduk aja, nyantai nih” “haha, yaiyalah namanya juga tugas, nikmat bener ye hidup lo” “Hahaha, yaiyalah hidup mah harus dinikmatin kali, dipikirin muluapa yang dirasa” “Hahaha, lucu ya lo jadi pelawak aja gih sana”. Tawa yang begitu renyah untuk ku kunyah walau hanya lewat pesan yang saling terlontar.

Waktu menjukkan pukul 5 sore, waktu matahari mulai turunaku mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja belajarku, kuberanikan diri mengetik sebuah pesan dan segera kupilih kontak tujuan, kutelurusi huruf berabjad A disana dan kutemukan. Aku berhasil mengirim satu pesan singkat padanya.




“Hei” tiga kata itu telah berada pada kotak keluarku

“Hei juga,,, Ada apa ?” satu pesan masuk yang kubaca

“Gapapa kok, lagi apa ?” kulayangkan pesan balasan

“Lagi main PES nih, lo sendiri ?”

“Lagi gaktau mau ngapain nih, hehehe”

“Loh kok gitu ? Yaudah sini temenin gue main PES aja” Ajakmu dalam pesan itu.

“Hmmm,, boleh ? tapi gue gak bisa permainan itu


“Yahhh,, yang lo bisa apa ?”

“Plants vs Zombie atau The House Of The Dead” celetukku polos

 Entah tanggapan apa yang akan terlontar selanjutnnya tak kupikirkan terlebih dahulu sebelumnnya, karena memang permainan seperti itu adalah permainan berbasis PC yang mungkin akan teramat culun jika ia yang memainkan.

“Permainan apa tuh ? kok gue baru denger ya ? Hahaha”

“Ohhh,,,ituu,,,hehee lupain deh, kalo gitu ajarin gue aja main PES aja ya”

“Oh gitu ? Okedeh, nanti kapan – kapan ya :) 



Titik dua kurung tutup melengkapi akhir pesanmu itu, kurasa aku akan seperti orang gila, membalas senyumanmu pada sebuah benda mati yang kugenggam dan tersadar bahwa hanya sebatas emoticon semata.

            Aku beralih, karna kurasa waktukku saat ini tak tepat dan menganggunnya, dari observasiku, kamu begitu antusias dengan permainan PESmu itu. Aku membuka akun twitterku karna kurasa kebosanan melandaku, aku mengetik beberapa karakter dan ku post disana.

“Aku mulai mengenalmu, orang asing pandanganku, selamat malam”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar