Ajariku cara melupakanmu,
sepesekian waktukku harus kuhabiskan untuk berhalusinasi bayangmu, terlebih lagi
ketika namamu tak pernah absen untukku kusebut, ada saja hal yang
mengantarkanku untuk teringat akan dirimu, mustahil aku tak cemburu ketika kamu
ternyata menyimpan nama lain dihatimu, aku yang rela menunggumu, dengan setia
mengharap dan menantimu, namun bagimu aku hanya sesuatu. Sesuatu yang hanya
sesaat melintas dihidupmu tanpa pernah mengindahkanmu.
Tak pernahkah kamu berfikir, bahwa
yang kamu ucap hanya ocehan belaka, semanis itukah mengucap suka, dan segampang
itukah kamu mengungkap sayang, kalau pada akhirnya harus aku yang terbuang. Aku
mengangumimu bahkan ketika kamu belum mengisyaratkan itu dan sebelum kamu
mengatakannya terlebih dahulu. Aku ini apa, hanya seorang wanita, yang secuil
nyali hanya untuk mengangumi, diam diam mencuri wajahmu dari balik ekor mataku.
Jika cinta maka seharusnya kamu
berjuang bukan berhenti lalu menghilang, aku nyaris tersesat kehilanganmu, aku
tak punyai alasan untuk menahanmu, karna nyatanya kamu tak beriku ruang untuk
saling memperjuangkan. Hingga akhirnya aku terlalu larut dalam penantian. Aku
seperti manekin saat berhadapan denganmu, tak ada yang lolos dari ucapanku,
bahkan ketika kamu masih dapat selalu kutatap, aku tak pernah bisa walau hanya
menyebut atau memanggilmu layaknya teman biasa.
Bisa kuartikan itu Cinta? Lantas apalagi
hakku, ketika kamu menemukan sosok baru, kamu dengan pasangan barumu, bahkan
aku sekalipun bukan salah satu mantan apalagi pasanganmu, aku tak seistimewa
itu. Sebutlah, aku teramat cemburu, menyakitkan ketika harus menyaksikan
seseorang yang kamu sayang mengindahkan dan mengistimewakan orang lain.
Anggaplah aku Devil, karna saat itu setan jahat dalam dirikku meronta, meminta
doa yang teramat licik, mengharapkan hubunganmu dan pasanganmu tak lagi
bersatu.
Aku tak tau, mengapa cinta membuatku
seperti lupa, bahkan banyak hati lain yang kuabaikan, hanya teruntuk pria yang
terlalu sulit kulupakan. Aku telah lukai banyak hati, dengan memberikan sebuah
pengharapan tinggi. Bersikap manis seolah hatiku telah kuberi, nyatanya aku
hanya kesepian, aku hanya tak terlalu banyak ingin menyakiti hati dengan memberikan
kesempatan yang lain untuk dapat lebih dekat denganku, namun yang kurasa hanya
pelarian, namamu tak pernah lantas luput dalam otakku.
Lagi dan lagi aku seolah seorang
pesakitan, memblok semua akun media sosialmu, namun aku sejati mejadi
stalkermu, bisa kamu tertawakan kebodohanku sekarang. Dengan amat memberatkan
hati, aku hanya tak ingin melihat wanita yang sedang bersamamu pada saat itu,
aku membencinya? Tidak! Aku hanya ingin sekali bertemu dengannya, lalu dengan
lapangku menjabat tangannya, mengucapkan selamat padanya, karnanyalah yang
memenangkan hatimu itu.
Aku hanya mampu menatap nanar, lalu
tersenyum miris. Kamu bahagia dengannya, aku suka walaupun tak rela, mengapa
denganku kamu juga seolah bahagia tapi tak pernah menjadikannya cinta. Jangan
fikir aku absen memperhatikanmu, bahkan namamu selalu punya tempat tersendiri
di bilik jantungku. Mungkin hingga jantungku tak berfungsi, saat itulah dirimu
benar hilang dalam peredaran darahku atau dalam syaraf otakku.
Ingin rasanya aku menghampirimu,
cukup mengatakan tiga hal, aku
mencintaimu menyayangimu, lalu apapun reaksimu, aku takkan lagi mengemis
perhatianmu, aku akan simpan semuanya, bahkan sampai salah satu diantarannya
telah tiada. Siapapun dirimu kini dan nanti, kamu tetap punyai tempat
teristimewa dihati. Maaf keegoisankku dalam mencintamu, dan kuharap rasaku
memang tak pernah mengusikmu bukan? Tetap jadi jagoan yang terbaik ya sayang, tolong jangan hukum aku karna
mengucap hal itu, karna hingga detik ini terkadang aku masih merindu satu kata
itu dalam pesan singkatmu. Mengapa? Karna nyatanya kamu memang tak pernah
mengungkap sayang.
Tetaplah jadi Tuan Biru yang ku
kenal dulu, jadi yang apa adanya kamu, dengan sifat cuekmu, tingkah nakalmu,
jiwa petualangmu, dengan logat khas betawimu, jadilah kebanggaan Ibu dan
Ayahmu, juga jadi kakak yang baik untuk jadi contoh adikmu. Semoga kelak
impianmu tercapai, bersanding dengan wanita pilihanmu dengan toga di pucuk
kepalamu, hal yang pernah kamu utarakan. Lalu jadikanlah ia seorang wanita,
yang nantinnya akan membersihkan sepatumu, seperti yang kamu bilang dulu.
Dari yang mencintaimu , dan menyimpan rindu
untukmu . . .

Tidak ada komentar:
Posting Komentar